Minggu, 12 Januari 2014


Pentingnya Pendidikan Seni Bagi Anak

 

     Jakarta, Selama ini orangtua hanya terpaku pada pendidikan formal seperti sekolah untuk kemampuan baca, tulis dan hitung (calistung) anak. Padahal pendidikan seni seperti menari, musik dan drama juga baik untuk perkembangan otak.
Ahli pendidikan menyarankan orangtua untuk mulai melibatkan anaknya dalam kegiatan seni sejak dini. Peneliti menuturkan ada alasan yang bisa dipercaya bahwa musik dapat merangsang otak bayi, tari membantu mengembangkan keterampilan motorik anak dan drama mengajarkan tentang emosi dan pemecahan masalah.
    Dalam laporan Departemen Pendidikan AS tahun 1998 diketahui bahwa anak-anak prasekolah yang diberikan pelajaran bermain keyboard memiliki nilai lebih tinggi dalam tes untuk mengukur penalaran spasial.
    "Seni adalah alat berpikir, cara anak-anak untuk berkomunikasi mengenai pemahaman dan kesalahpahaman. Tujuan dari seni tidak hanya sebatas pada kreativitas dan imajinasi," ujar Margie Carter, seorang spesialis pendidikan anak usia dini, seperti dikutip dari Parentmap, Rabu (29/9/2010).
Rachel Glass dari West Seattle YMCA menuturkan bahwa seni adalah komponen penting untuk menuju kesiapan sekolah seorang anak. Sekolah lebih banyak mengajarkan tentang membaca, menulis dan berhitung, tapi seni lebih memberikan kontribusi dalam memberdayakan kemampuan si kecil dan juga mengembangkan perkembangan otaknya.
"Misalnya menggambar dapat membantu perkembangan emosional, sehingga anak bisa memahami apa yang bisa membuatnya merasa senang, sedih atau takut. Sedangkan drama bisa membantu anak belajar tentang pengendalian diri dan empati. Ini adalah cara untuk memecahkan masalah, belajar menghadapi frustasi dan situasi sosial," ungkap Glass.
Drama dan dongeng adalah cara yang baik untuk membantu meningkatkan kosakata anak dan belajar musik juga bisa berfungsi sebagai bahasa dan kendaraan belajar bagi anak-anak. Hal ini karena anak-anak akan merespons musik secara alami, ia dapat bergerak, membuat nada-nada sendiri dan belajar lebih mudah.
Musik, drama dan tari akan memberikan wawasan dan membantu cara berpikir anak. Karena itu tak ada salahnya untuk memberikan les musik, tari atau drama pada anak sejak masih kecil. (Vera Farah Bararah)

    Melihat perkembangan pendidikan di zaman sekarang, terlihat masih menyorot sebuah disiplin ilmu dalam konteks separo-separo. Tidak mengkaji ilmu tersebut secara detail atau dapat dikatakan pada keadaan yang sedalam-dalamnya. Layaknya seorang filsafat dalam mengkaji ontologi, epistemologi, dan aksiologi sebuah ilmu. Begitu dalam kajian sebuah filsafat sampai ke akar-akar permasalahan.
    Bila di lihat  salah satu disiplin ilmu, seperti bidang pendidikan seni musik, sangat banyak makna yang terkandung di dalamnya. Tetapi hal ini jarang sekali menjadi fokus dalam proses pembelajaran mulai dari TK, Sekolah Dasar, SMP, SMU, bahkan sampai perguruan tinggi. Sesuai dengan pengertian seni musik – ungkapan perasaan dan fikiran manusia yang dituangkan ke dalam bentuk karya musik dengan memanfaatkan setiap unsur-unsur musik itu sendiri yang mengandung nilai estetika (keindahan), hal ini dapat memberikan clue bahwa ungkapan pikiran yang didasarkan kepada imajinasi manusia dalam kepekaannya dalam menyikapi segala permasalahan dunia akan membuahkan suatu pikiran yang akan disampaikan ke dalam sebuah penciptaan sebuah karya musik.   
    Karya musik tersebut sudah barang tentu mempunyai visi dan misi (pesan) tertentu yang akan disampaikan pada penikmatnya dan mempunyai makna yang dapat diambil oleh penikmat musik.
Sejalan dengan pernyataan di atas, dikemukakan fungsi seni musik, yakni untuk mengembangkan kepribadian, membuat selaras dengan lingkungan, alam dan budaya bangsa, menjadikan seni musik musik sebagai salah bidang yang penting dan diberikan perhatian yang cukup.Apabila hal ini tidak terlaksana dengan baik, maka dapat dikatakan seseorang itu dalam keadaan “hampa”. Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dan peningkatan pembelajaran seni musik di sekolah sampai perguruan tinggi agar kemampuan untuk merasakan (sensitivitas) terhadap segala sesuatu dapat ditumbuhkan. Sebuah ungkapan minangkabau menyarakan bahwa,”tau raso jo pareso”, maksudnya sebagai manusia memiliki kepekaan yang sangat tinggi.
     Apresiasi dan ekspresi seni musik dapat dilakukan dengan memberikan pemahama tentang makna atau pesan yang terdapat pada lagu, sehingga ketiga domain dalam pembelajaran (kognitf, afektif, dan psikomotor) dapat terlaksana. Hal ini dapat dicontohkan dengan memahami makna/pesan yang terdapat pada sebuah lagu. Makna yang terdapat pada karya musik itu terbagi kepada (1) makna tersurat, (2) makna tersirat, dan (3) makna tersorot. Makna ”tersurat” dapat diartikan dengan makna yang dapat diambil dari apa saja yang tertulis, makna “tersirat” adalah makna konotasi/kiasan yang terdapat dalam sebuah karya musik, sedangkan makna “tersorot” mengandung makna yang secara mudah dapat diambil dari sebuah karya ataupun pertunjukkan musik.
Pesan yang terdapat pada sebuah karya musik dapat diketahui dengan cara menginterpretasikan karya musik tersebut. Misalnya pesan yang terdapat dalam lagu Pasan Buruang. Dengan mudah kita bisa menginterpretasikan pesan yang terdapat pada lirik lagu tersebut diantaranya “Usah tabang sumbarang tabang, jikok lai takuik datang galodo, urang kampuang sawah jo ladang nan taniayo”. Lirik tersebut jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berbunyi ” Jangan di tebang sembarang tebang, kalau takut akan datangnya bahaya erosi, orang kampung sawah dan ladangnya akan teraniaya”. Dengan kata lain pesan yang terdapat pada lirik lagu tersebut memberitahukan kepada pendengarnya untuk tidak melakukan penebangan hutan secara sembarangan sebab itu akan mengakibatkan terganggunya kehidupan para petani.
Penginterpretasian sebuah karya musik tidaklah mudah dilakukan, kecuali seseorang telah mempunyai dasar (basic) musik dan mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam musik itu sendiri. Melihat pada pengalaman pembelajaran Pend. Seni Musik yang diberikan pada jenjang Sekolah Dasar belum mengacu kepada penginterpretasian sebuah karya musik. Dan baru berada pada pengenalan unsur-unsur musik secara sederhana serta lebih mengutamakan hiburannya dibanding isi yang terdapat dalam karya musik itu sendiri. Apalagi guru-guru yang membelajarkan Pend. Seni musik pada umumnya tidak mengerti sama sekali tentang musik. Bagaimana mereka membelajarkannya? Disamping itu guru-guru tersebut tidak berusaha untuk lebih memahami musik itu dari segi isi, makna dan pesan yang terdapat dalam musik itu sendiri.
Pendidikan seni musik berarti mempelajari dan menganalisa unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah karya musik serta mencari makna atau pun pesan yang disampaikan oleh musik itu sendiri. Musik bukan hanya sekedar hiburan yang semata-mata hanya mengisi relung hati penikmatnya tetapi lebih dari itu. Namun bila ditinjau dari segi penciptaan sebuah karya musik seperti lagu Pasan Buruan yang dijelaskan di atas, sangatlah mudah untuk dipahami secara tersurat, karena dilihat dari segi bahasa penyampaiannya tidak sulit untuk diketahui.
  Dengan mengetahui isi, makna, serta pesan yang terdapat pada karya musik akan memudahkan guru dalam membelajarkan dan mengaitkannya dengan mata pelajaran lain. Sehingga pend. seni musik dapar berjalan dan dibelajarkan untuk memupuk kepekaan, kreativitas, imajinasi peserta didik. Mereka juga dapat mempelajari bidang lain lewat pend. seni musik. Jadi musik itu bukan hanya sebatas hiburan belaka.
Top of Form
Bottom of Form

Senin, 22 April 2013

Taksonomi bloom


TAKSONOMI BLOOM

1.      RANAH KOGNITIF
Mengingat(Remember)
Memahami(Understand)
Mengaplikasikan(Apply)
Menganalisis(Analyze)
Mengavaluasi(Evaluate)
Mencipta
(Create)
C1
C2
C3
C4
C5
C6
Memasangkan
Membaca
Memberi indeks
Memberi kode
Memberi label
Membilang
Memilih
Mempelajari
Menamai
Menandai
Mencatat
Mendaftar
Menelusuri
Mengenali
Menggambar
Menghafal
Mengidentifikasi
Mengulang
Mengutip
Meninjau
Meniru
Mentabulasi
Menulis
Menunjukkan
Menyadari
Menyatakan
Menyebutkan
Mereproduksi
Menempatkan
Melakukan inferensi
Melaporkan
Membandingkan
Membedakan
Memberi contoh
Membeberkan
Memperkirakan
Memperluas
Mempertahankan
Memprediksi
Menafsirkan
Menampilkan
Menceritakan
Mencontohkan
Mendiskusikan
Menerangkan
Mengabstraksikan
Mengartikan
Mengasosiasikan
Mengekstrapilasi
Mengelompokkan
Mengemukakan
Menggali
Menggeneralisasikan
Menggolong-golongkan
Menghitung
Mengilustrasikan
Menginterpolasi
Menginterpretasikan
Mengkategorikan
Mengklasifikasi
Mengkontraskan
Mengubah
Menguraikan
Menjabarkan
Menjalin
Menjelaskan
Menterjemahkan
Mentranslasi
Menunjukkan
Menyimpulkan
Merangkum
Meringkas
Mengidentifikasi
Melaksanakan
Melakukan
Melatih
Membiasakan
Memodifikasi
Mempersoalkan
Memproses
Mencegah
Menentukan
Menerapkan
Mengadaptasi
Mengaitkan
Mengemukakan
Menggali
Menggambarkan
Menggunakan
Menghitung
Mengimplementasikan
Mengkalkulasi
Mengklasifikasi
Mengkonsepkan
Mengoperasikan
Mengurutkan
Mengurutkan
Mensimulasikan
Mentabulasi
Menugaskan
Menyelidiki
Menyesuaikan
Menyusun
Meramalkan
Menjalankan
Mempraktekkan
Memilih
Memulai
Menyelesaikan
Melatih
Memadukan
Memaksimalkan
Membagankan
Membeda-bedakan
Membuat struktur
Memecahkan
Memerintah
Memfokuskan
Memilih
Menata
Mencerahkan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Mendiagramkan
Menegaskan
Menelaah
Menetapkan sifat/ciri
Mengaitkan
Menganalisis
Mengatribusikan
Mengaudit
Mengedit
Mengkorelasikan
Mengorganisasikan
Menguji
Menguraikan
Menjelajah
Menominasikan
Mentransfer
Menyeleksi
Merasionalkan
Merinci
Membuktikan
Memilih
Memisahkan
Memonitor
Memperjelas
Mempertahankan
Mempresiksi
Memproyeksikan
Memutuskan
Memvalidasi
Menafsirkan
Mendukung
Mengarahkan
Mengecek
Mengetes
Mengkoordinasikan
Mengkritik
Mengkritisi
Menguji
Mengukur
Menilai
Menimbang
Menugaskan
Merinci
Membenarkan
Menyalahkan
Memadukan
Membangun
Membatas
Membentuk
Membuat
Membuat rancangan
Memfasilitasi
Memperjelas
Memproduksi
Memunculkan
Menampilkan
Menanggulangi
Menciptakan
Mendikte
Menemukan
Mengabstraksi
Menganimasi
Mengarang
Mengatur
Menggabungkan
Menggeneralisasi
Menghasilkan karya
Menghubungkan
Mengingatkan
Mengkategorikan
Mengkode
Mengkombinasikan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Mengumpulkan
Mengusulkan hipotesis
Menyiapkan
Menyusun
Merancang
Merekonstruksi
Merencanakan
Mereparasi
Merumuskan
Memperbaharui
Menyempurnakan
Memperkuat
Memperindah
Mengubah









2.      RANAH AFEKTIF
Menerima
Merespon
Menghargai
Mengorganisasikan
Karakterisasi
 Menurut Nilai
A1
A2
A3
A4
A5
Mengikuti
Menganut
Mematuhi
Meminati
Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak
Mengasumsikan
Meyakini
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Menekankan
Menyumbang
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
Membiasakan
Mengubah perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mengkualifikasi
Melayani
Membuktikan
Memecahkan

3.      RANAH PSIKOMOTORIK
Meniru
Manipulasi
Presisi
Artikulasi
Naturalisasi
P1
P2
P3
P4
P5
Menyalin
Mengikuti
Mereplikasi
Mengulangi
Mematuhi
Kembali membuat
Membangun
Melakukan, Melaksanakan, Menerapkan
Menunjukkan
Melengkapi Menunjukkan, Menyempurnakan Mengkalibrasi Mengendalikan
Membangun
Mengatasi Menggabungkan Koordinat, Mengintegrasikan Beradaptasi Mengembangkan Merumuskan, Memodifikasi
Master
Mendesain
Menentukan
Mengelola